Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: "Berilah aku wasiat". Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda "Laa Taghdhab" (Janganlah marah) Lalu ia minta wasiat lagi sampai beberapa kali. Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda : "Laa Taghdhab" (Janganlah marah) Diriwayatkan oleh Imam Bukhari
Biografi Perawi Hadits
Metodologi kitab hadits dari Imam Nawawi yang berkaitan dengan perawi hadits (sahabat yang meriwayatkan hadits), yaitu nama lengkap perawi hadits hanya disebutkan pada hadits yang pertama dituliskan dalam kitab tersebut, dan pada hadits-hadits berikutnya disebut nama kuniahnya saja, atau nama yang masyhur dari sahabat tersebut.
Nama lengkap Abu Hurairah adalah Abdurrahman bin Shakhr Radhiyallahu 'Anhu
Keutamaan Hadits
Menurut Al Jardany hadits ini merupakan hadits yang sangat agung dan termasuk Jawami' Al Kalim (Perkataan Rasulullah yang singkat tapi padat) karena mengumpulkan kebaikan dunia dan akhirat, dan menyuruh untuk menjauhi sebab-sebab untuk marah dan untuk membebaskan seseorang dari sifat marah.
Marah merupakan kumpulan dari seluruh keburukan.
Penjelasan Hadits
1. Dibolehkannya untuk meminta wasiat kepada orang alim suatu hal yang baik. Karena saudara adalah cermin bagi diri kita. Bahkan banyak yang mengatakan sunnah, utamanya perkara kebaikan. Tidak diketahui secara pasti, siapa sahabat yang datang meminta nasehat tersebut. Terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama, ada yang mengatakan Abu Darda, tetapi ada yang mengatakan Jariyah bin Qudamah atau yang lain. Tetapi dari kalangan shahabat, banyak yang menshahihkan Abu Darda, karena Jariyah adalah seorang tabi'in. Wallahu a'lam
2. Pertanyaan yang diajukan tiga kali, menunjukkan tidak dilarang meminta tambahan nasehat
3. Tidak mengapa menekankan sesuatu yang harus diperbaiki oleh saudaranya
4. Marah itu kebiasaan yang setiap orang memilikinya
5. Sifat marah itu tidak tercela secara mutlak, bahkan terkadang dia terpuji atau pantas untuk dimunculkan karena Allah dan rasul-Nya juga mempunyai sifat marah.
Beberapa ayat Al Qur'an yang menjelaskan hal tersebut
Q.S. Al Fath (48) : 6
Dan supaya dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka jahannam. dan (neraka Jahannam) Itulah sejahat-jahat tempat kembali.
Q.S. Al Mumtahanah (60) : 13
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka Telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang Telah berada dalam kubur berputus asa.
Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa kemarahan Allah Subhanahu wa Ta'ala hanya untuk orang-orang tertentu.
Sifat marah Allah Subhanahu wa Ta'ala ada 2, yaitu:
1. Makar
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Q.S. Ali Imran : 54)
2. Istihza' (mengolok-olok)
Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)." Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"
Beberapa dalil yang menjelaskan kemarahan para nabi
Q.S. Al A'raaf (7) : 150
Dan tatkala Musa Telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? dan Musa pun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: "Hai anak ibuku, Sesungguhnya kaum Ini Telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan Aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim"
Q.S. Al Anbiya (21) : 87
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, Sesungguhnya Aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."
6. Hukum asal dari marah adalah TERCELA
7. Beberapa obat untuk melawan marah
a. Dengan do'a, karena Allah yang menciptakan rasa marah
b. Banyak berdzikir, karena marah itu datangnya dari syaitan
c. Mengingat ayat-ayat atau hadits-hadits tentang kebaikan orang-orang yang dapat menahan marahnya
Barang siapa yang menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskannya akan dipanggil oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala di hadapan makhluk dihari kiamat nanti dan dipilihkan bidadari mana yang ia inginkan (Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi.
Q.S. Ali Imran (3) 133 – 134
133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
d. Membaca taawudz, karena salah satu pintu syaitan mengganggu manusia adalah dengan marah
Q.S. Fushilat (41) : 36
Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
e. Mengubah posisi, untuk mengurangi reaksi aliran darah
f. Berwudhu
g. Selalu memberikan hak pada tubuh
Faedah Hadits
1. Memberikan nasehat pada orang yang mencarinya atau memintanya dan salah satu hak muslim atas muslim lainnya adalah nasehat
2. Mengulang-ulang nasehat bermanfaat bagi yang diberi nasehat
3. Marah yang dicela adalah yang dikarenakan dunia, adapun jika marah disebabkan agama dan dalam rangka membela agamanya adalah marah yang terpuji.