Selasa, 24 Februari 2009

Rumah Cinta


Seringkali aku tidak menyadari kalau rumah ini milikmu. Paling tidak kau membangunnya untukku (jika tidak ingin disebut sebagai pemiliknya). Tapi apa yang terjadi? mungkin setiap kali kau singgah di rumah ini, kau dapati diriku sedang murung, merajuk, dan mengadukan seluruh masalahku dengan orang banyak di sekelilingku. Sama sekali aku tak pernah memberimu senyuman. Padahal ini rumahmu. Sebenarnya kamu bisa saja marah karena ulahku, tapi itu sama sekali tak kau lakukan, tidak pernah, satu kalipun. Bahkan terakhir kau bilang padaku, “rumah ini bagus”. Kalimat yang membuatku tersanjung sekaligus bingung.

Kali ini aku minta maafmu, maafkan atas kelengahanku, maafkan karena aku tak peduli dengan perasaanmu. Izinkan aku menyebut rumah ini ‘Rumah Cinta’, untuk membuatmu berarti membangunkan rumah ini untukku.

Rumah cinta, muara segenap ilmu yang dititipkan Sang Maha kepadaku. Menjadi bermanfaat untukku, untukmu, dan untuk kalian semua yang sering bersilaturrahim ke rumah kami.

Sekarang, ingin kuperlihatkan kepadamu, sedikit dari sekian banyak hiasan kasih di dinding rumah kita,,,


Terlalu pagi jika kuceritakan hari ini

Tapi siapa yang bisa melawan hati

Cinta, yang entah dari mana muaranya

Tak kuasa kuredam oleh kasihmu yang pualam

Sebuah isyarat:


Teeeeettttttttttttttttttttttttt....................

Wah...ternyata disensor sodara...ga boleh diposting lanjutannya, padahal masih beberapa strip..rahasia perusahaan nich...maav yach...



Minggu, 15 Februari 2009

Nasib Manusia Telah Ditetapkan

Yah...nasib manusia memang telah ditentukan oleh Allah, bahkan lima ribu tahun sebelum ia diciptakan. Tak ada yang bisa disangkal, tak ada yang bisa didahulukan ataupun diakhirkan. Setiap takdir akan tetap berjalan sesuai aturan main yang ditetapkan oleh Allah ’Azza wa Jalla. Nasib manusia telah ditetapkan, tetapi siapakah di antara kita yang telah mengetahui apa yang akan terjadi esok? Itulah perlunya ikhtiar, karena tidak ada yang kita ketahui sebelumnya, apa yang akan terjadi.

Untuk meyakinkan kita, mari kita simak bunyi Hadits Arbain ke-4:

Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu telah berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan dia selalu benar dan dibenarkan: "Sesungguhnya setiap orang di antaramu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya 40 hari berbentuk nutfah, kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga, kemudian menjadi gumpalan seperti potongan daging selama itu juga, kemudian diutuslah kepadanya malaikat, lalu meniupkan ruh kepadanya dan diperintahkan atasnya (menulis) 4 perkara: (1) ketentuan rezkinya, (2) ketentuan ajalnya, (3) amalnya, (4) ia celaka atau bahagia.

Maka demi Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain-Nya, sesungguhnya seseorang di antara kamu melakukan perbuatan ahli surga sehingga tidak ada di antara dia dan surga itu kecuali sehasta, maka mendahuluilah atas takdir Tuhan, lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka maka ia masuk neraka. Dan sesungguhnya seseorang di antara kamu melakukan perbuatan ahli neraka sampai tidak ada di antara dia dan neraka itu kecuali sehasta, maka mendahuluilah atasnya takdir Tuhan, lalu ia melakukan perbuatan ahli surga maka ia pun masuk surga" diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Jogjakarta, 15 Februari 2009

Konservasi Spesies Endemik


Pulau Sulawesi terletak pada zona Wallace, yaitu zona peralihan antara zona Endomalaya (Sumatera, Jawa, dan Kalimantan) dan zona Australonesia (Nusa Tenggara dan Papua). Letaknya yang strategis membuat Sulawesi dianggap memiliki kekayaan flora dan fauna, yang secara morfologi berbeda dengan kedua zona yang lain. Anoa dan Babirusa adalah contoh spesies yang hanya ditemukan di zona Wallace. Jika boleh penulis berasumsi, masih banyak jenis lain dari flora dan fauna di pulau Sulawesi yang belum diketahui endemisitasnya, yang hanya ditemukan di pulau tersebut.

Keadaan ini juga sangat mungkin berlaku bagi kepulauan Selayar. Sebab secara teoritis, dari tiga spesies yang ada di suatu kepulauan, dimungkinkan salah satunya endemik. Belum banyak pakar yang melakukan penelitian secara intensif terhadap kekayaan jenis flora dan fauna yang terdapat di kabupaten kepulauan Selayar. Sehingga tidak dapat diketahui secara pasti kebenaran teori tersebut (paling tidak, untuk diberlakukan di Selayar). Jika anda berniat mengidentifikasinya, dunia konservasi akan sangat menghargai hasil kerja anda.

Beberapa contoh spesies yang dapat dikonservasi dari kelas flora adalah berbagai jenis jeruk. Jika penduduk setempat menyebut ‘Jeruk Selayar’, adakah kemungkinan jenis ini hanya terdapat di Selayar? Semoga pertanyaan ini sudah ada jawabannya (meskipun pada buku identifikasi belum pernah penulis temukan nama ‘Jeruk Selayar’ berdiri sendiri sebagai spesies).

Kelapa juga merupakan tumbuhan (maaf, penulis tidak tahu apakah kelapa di Selayar itu tumbuhan atau tanaman) yang melimpah ruah. Pernahkah ada yang mengidentifikasi varietasnya? Diasumsikan dari sekian banyak pohon kelapa di berbagai daerah, masing-masing merupakan varietas yang berbeda. Bahkan jika diuji secara molekuler, dan kesamaan antara dua varietas kelapa tersebut kurang dari 80%, maka keduanya dianggap berbeda spesies. Menarik bukan?

Dari kelas fauna, Selayar yang dikaruniai banyak pantai karang tentu memiliki kekayaan Invertebrata yang tinggi. Mulai dari phylum Porifera, Coelenterata, Arthropoda, Mollusca, dan mungkin yang paling banyak jumlahnya adalah anggota dari phylum Echinodermata. Di antara berbagai jenis Invertebrata ini, boleh jadi salah satunya merupakan spesies endemik yang ada di kepulauan Selayar. Sebuah anugerah lain, di antara keindahan yang ada sebelumnya.

Spesies endemik dari jenis flora dan fauna ini memerlukan identifikasi yang lebih luas, untuk kepentingan konservasi. Sehingga hasilnya dapat memerikan kekayaan flora dan fauna yang menghuni daratan dan pantai Selayar. Apakah sebenarnya tujuan identifikasi ini? Jika hasil identifikasi tidak menunjukkan adanya spesies baru, maka identifikasi bertujuan untuk mengetahui kekayaan jenis di kepulauan tersebut, untuk selanjutnya dikonservasi. Tetapi jika hasil identifikasi ditemukan adanya variasi yang memunculkan varietas, maka identifikasi sangat berguna untuk pemuliaan. Menghasilkan tanaman komoditas yang tidak itu-itu saja, tetapi mampu berkembang menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

Penulis sangat berharap ada kaum muda daerah, terutama dari kalangan mahasiswa yang menjadikan wacana ini sebagai objek penelitian. Apakah anda tahu, betapa Indonesia sangat minim dalam kepemilikan staf ahli di bidang konservasi flora dan fauna? Apalagi untuk mengidentifikasi spesies endemik di suatu kepulauan, hampir tidak ada. Penelitian-penelitian kekayaan jenis lebih banyak dilakukan oleh peneliti asing yang hasilnya justru merugikan Negara kita. Mereka meneliti untuk tujuan pemuliaan, setelah menghasilkan varietas atau bahkan spesies yang khas, hasilnya kemudian dipatenkan, dan akan kita beli sebagai komoditas mereka, dengan harga yang lumayan mahal.

Jogjakarta, 14 Februari 2009

Maksud hati tak sekedar berkata-kata, namun jarak dan batas waktu terlanjur melapukkan usia…

Catatan Dasawarsa-ku

Jika Tuhan memberiku kesempatan,

Ingin rasanya bercengkrama dengan waktu

Sekedar bertanya, ingatkah ia dengan kisahku

Dasawarsa silam yang penuh roman

Mengais aroma cinta yang tak jua padam

Harap dalam gelap

Rindu dalam senyap

Antara ada dan tiada

Kisah dua rana bermula


Jika sang waktu ku tanya,

ia pasti tak berubah

Detik, menit, dan jamnya tetap sama

Aku mencoba mengangguk, meski batinku berteriak ‘Berhentilah berputar’ aku masih ingin di sini

Aku terus saja meneriakkan kalimat batinku, hingga tanpa kusadari waktuku benar-benar pergi


Aku belajar bercengkrama dengan waktu yang lain

Ingin kucatat hariku dengan tinta yang sama,

Tapi sayang…

Penaku patah, lalu hilang entah kemana

Aku hanya sanggup melukis kisah itu dalam benakku,

Hingga kelak akan kuukir dalam kertas tulisku saat aku punya pena baru


Sang waktu terus saja mengantarku

Membisikkan kisah-kisah itu agar kuingat

Untuk dikenang

Jadi peringatan

Jadi bentuk syukur

Jadi penanda kebeningan sukma yang kuabaikan…


Dasawarsaku mencatat…

Adamu akan abadi sebagai kekasih, namun jalannya aku tak mengerti

Adamu menyanjung hati, menyejuk hari, membias kasih, namun ku tak bisa melepas yang abadi

Adamu mengajariku mengerti pilihan, pengorbanan, penantian, berbesar hati, tapi lagi-lagi aku tak bisa mengiring langkahmu lebih jauh lagi

Adamu membuatku makin kuat memapah ego-ku, menatap mata elangmu dan mengajakmu pada debat yang akhirnya sependapat. ‘Aku tak ingin bertengkar denganmu’ begitu kalimat peluruh, yang sama sekali tak bisa meluruhkanku.

Entah ada berapa kamu-kamu lagi yang tercatat dalam dasawarsaku, tapi semuanya tetap sama tak ada yang bisa membuatku bergeming. Bahkan untuk sekedar mencoba berbagi senyum, yah…kecuali sedikit

Sampai suatu ketika, dasawarsaku berhenti mencatat!


Mungkin saat itu aku terdampar,

Atau sekedar ingin jalan-jalan

Menikmati hembusan angin lain yang ternyata ‘SAMA’

Pada bilangan itu aku belajar tersenyum,

benakku berujar ‘Horeee…aku punya pena lagi, aku bisa menulis lagi’

Girang seluruh hari kulewati

Berharap akan kucatat dasawarsaku dengan tinta yang baru

Tapi…Sorakanku tiba-tiba terhenti

Aku terdiam mematung saat kudapati pena patahku tergeletak lesu di meja kerjaku, hampa…

Kupandangi lekat pena itu, kuperiksa setiap sisinya,

Tanpa berani menyentuhnya

Karena digenggamanku ada pena baru yang kudapat dari dasawarsaku


Ingin rasanya marah pada pena tuaku

Siapa yang telah membawamu pergi?

Hingga aku tak bisa menulis lagi

Hingga catatan dasawarsaku tak bisa kusambung lagi

Dan hari ini, saat aku ingin menulis dengan pena baruku,

Wujudmu hadir tanpa pernah permisi


Yah…memang hanya sebatang pena

Tapi andai ia punya rasa

Ia pun ingin merasakan waktu

Kupandangi sekali lagi pena tuaku

Kali ini kusandingkan ia dengan penaku yang baru


Tentu yang tua sudah lusuh

Aku hapal benar warna tajam tintanya saat digoreskan

Aku paham betul saat lelahnya dan saat indahnya tatkala ia mencatat dasawarsaku

Kualihkan pandangan ke pena baruku, cantik, aku tersenyum memandanginya

Ada rasa puas saat aku bisa memilikinya

Pena pemberian, entah dari dasawarsa yang mana


Sang waktu tak pernah membiarkanku jadi manusia rakus

Dasawarsaku hanya butuh satu pena

Aku mulai bingung tak tau harus mengambil yang mana

Nafsuku meminta yang baru

Karena pena tuaku telah patah

Layak diganti dengan yang baru


Tapi hatiku tak bisa dusta

Betapa dasawarsaku hanya diisi oleh catatan dari tinta tajam pena tuaku, tak ada yang lain


Ku biarkan sang waktu berlalu

Ia yang kuberi kehormatan untuk memilihkanku

Sementara waktu, kubiarkan kedua pena itu menghuni meja kerjaku,

Tanpa ada yang kusentuh


Hingga suatu hari…

Sang waktu membawakanku secarik kertas putih…

Aku tergerak untuk mengisi kertas itu dengan tulisan dari pena-penaku

Toh hanya pena,

Aku bisa memakainya bergantian

Dan…aku hanya mencoba

Sampai salah satu dari penaku digilas oleh waktu


Pertama, kucoba dulu pena tua-ku

Yaaah seperti biasa,,,

Ia bisa menulis sesuai instruksi jari-jariku

Tintanya tajam, hurufnya jelas, pesannya tegas

Aku senang melihatnya


Kedua, kucoba memakai pena baruku

Satu dua huruf kutulis

Dua tiga kali kuulangi

Namun tak ada tinta yang bisa kulihat

Tak ada tulisan di atas kertas putihku

Sedih rasanya jiwa ini

Menatap rupa tak dapat pengerti


Dalam lesu-ku, sesosok tubuh datang menghampiri

Membawa kertas legam tak berisi

Tanpa berucap kata, diambilnya pena itu dari tanganku

Lalu…ditulisnya beberapa patah kata pada kertas hitam itu

Ternyata…jelas! Bisa terbaca dan aku mengerti

Orang itu memandangiku dengan tetap menggenggam pena baruku

Seolah berharap aku berkenan memberikan untuknya


Aku hanya tersenyum, tak ada yang kuucapkan

Aku kemudian berlalu dari hadapannya sambil membawa kertas putih dan pena tuaku

Kini di meja kerjaku hanya ada tumpukan kertas putih bersama sebatang pena tua yang telah kusambung patahannya

Hanya fisiknya yang cacat, tintanya masih sama seperti yang dulu

Sama dengan catatan dasawarsaku


Aku berterima kasih pada Sang Pemilik kehidupan

Yang telah membuat sang waktu memilihkanku

Sesuatu yang kubutuhkan,

Mengisi catatan dasawarsaku

Tak pernah usai

Menanti dan menemani semerbak keabadian kasih…


Mojopuro Wetan, 5 Februari 2009, 18.02 WIB

Untuk setiap Februari yang kulewati…

Membangun Ekotourism dengan Travel Cost Method

Secara umum daya tarik daerah kepulauan adalah keindahan panorama alam yang dimilikinya, termasuk juga Selayar. Tetapi untuk mewujudkan Selayar menjadi daerah tujuan wisata, perlu upaya pengelolaan sumber daya alam secara lebih serius. Menemani Bali yang telah begitu terkenal, sampai-sampai mengalahkan Indonesia. Konon kabarnya, seorang wisatawan mancanegara pernah menanyakan: “Indonesia itu di sebelah mananya Bali?” Sebuah bukti bahwa Bali memang sangat tersohor.

Travel cost method adalah sebuah metode pengembangan pariwisata dengan memperhitungkan besarnya biaya yang akan dikeluarkan oleh seorang wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah. Metode ini belum banyak digunakan di Negara berkembang, atau mungkin sudah dikerjakan tetapi belum dibuatkan perhitungan yang pas dalam memanfaatkannya, atau pemerintah daerah setempat tidak meyadari telah menggunakan metode ini.

Kabupaten kepulauan Selayar banyak memiliki objek wisata alami yang masih asri, sebut saja pantai Taloyya, Jeneiya, air terjun Suttiya, dan yang paling terkenal adalah keindahan Taman Nasional Laut Taka Bonerate –dan mungkin ini yang sudah tidak asri lagi-. Selain objek wisata alam, juga terdapat benda-benda peninggalan dan situs kebudayaan yang bisa dipamerkan sebagai kesenian khas daerah kepulauan.

Travel cost method akan memperhitungkan pengeluaran seorang wisatawan apabila mengunjungi suatu objek wisata, baik pengeluaran untuk biaya transportasi, akomodasi, maupun konsumsi. Misalnya seorang wisatawan (utamanya wisatawan asing) yang sengaja datang ke Selayar untuk berkunjung ke Taka Bonerate, tentu pada akhirnya mereka tidak hanya ke tempat itu saja, tetapi juga akan berkunjung ke objek wisata lain yang ada di Selayar –jika ada, dan layak untuk dikunjungi-. Dengan begitu, lambat laun semua objek wisata akan dikenal dan mulai banyak dikunjungi wisatawan. Jumlah pengunjung yang datang, akan berbading lurus dengan pendapatan daerah, dan seharusnya juga berbanding lurus dengan peningkatan pembangunan perekonomian, pariwisata, dan pendidikan di tempat tersebut.

Untuk mewujudkan semua itu, memang tidak mudah. Perlu pembangunan fasilitas, sarana, dan prasarana penunjang. Pembenahan terhadap sumber daya manusia yang akan mengelola sektor ini juga penting. Jika komponen daerah memfasilitasi berupa pengelolaan lokasi wisata dan hasil retribusi, kemudahan transportasi, akomodasi, dan perangkat penunjang lainnya, tentu akan melengkapi keasrian objek wisata tersebut. Menambah keindahan dan daya tarik bagi para wisatawan.

Dengan terpenuhinya aspek-aspek tersebut, diharapkan kegiatan pariwisata mampu berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian daerah. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama yang secara langsung menggantungkan hidupnya pada sektor pariwisata.

Dukun Gresik, 2 Februari 2009

Sebuah jalan mengakrabi pesona yang terabaikan…

Aku Tidak Tahu


Mungkin hatiku sudah terlalu sakit

Mungkin lukaku sudah terlampau dalam

Hatiku jadi begitu lumpuh untuk merasakan simponimu

Aku tidak tahu berapa jauh lagi langkahku

Aku tidak tahu berapa banyak air mataku yang harus jatuh

Aku tidak tahu berapa banyak kebaikan yang sudah kau buat untukku

Untuk sekedar menghentikan raguku

Jangankan kamu, aku saja tidak tahu

Bukannya maaf itu tidak berguna

Mungkin hatiku harus diganti dengan yang baru

Kasih Tuhan-ku terlalu agung untuk kulewatkan dengan hati yang rapuh

Rapuh oleh guyuran air mata duka yang tiada putusnya

Duka usang yang tidak mungkin berubah

Meski habis air mataku menyayangkannya

Mungkin aku butuh waktu

Untuk memahami gelombang jiwaku sendiri

Asa ini terlalu berat untuk kutanggung sendiri

Tapi siapa yang bisa membantuku?

Jika yang kusesali hanya lembaran-lembaran usang

Tak bisa berubah, bahkan membatu menjadi sejarah