Sabtu, 27 Desember 2008

Tentang Sebungkus Kue

Seorang gadis muda menunggu penerbangannya di ruang tunggu sebuah bandara yang super sibuk. Karena harus menunggu berjam-jam, dia memutuskan membeli sebuah buku untuk menghabiskan waktunya. Dia juga membeli sebungkus kue.

Dia duduk di sebuah kursi bersandaran tangan di ruang VIP bandara, untuk istirahat dan membaca dengan tenang. Di sisi sandaran tangan di mana kue terletak, seorang laki-laki duduk di kursi sebelah, membuka majalah dan memulai membaca. Ketika Si gadis mengambil kue pertama, laki-laki itu juga turut mengambil. Si gadis merasa gemas tapi tidak berkata apa-apa. Dia hanya berpikir “Lancang benar! Kalau saja aku nggak sabaran sudah kugebuk dia untuk kenekatannya!”

Untuk setiap kue yang dia ambil, laki-laki itu turut mengambil satu. Ini sangatlah membuatnya marah, namun si gadis tak ingin sampai timbul kegaduhan di ruangan itu. Ketika tinggal satu kue yang tersisa, Si gadis mulai berpikir: “Aha… bakal ngapain sekarang laki-laki nggak sopan ini?”

Di luar dugaan, laki-laki itu mengambil kue yang tersisa, membaginya menjadi dua, lalu memberikan yang separuh kepada Si gadis.

Benar-benar keterlaluan Si gadis benar-benar marah besar sekarang!! Dalam kemarahan itu ia mengakhiri bukunya, lalu berkemas dan bergegas ke tempat boarding.

Ketika sudah duduk di seat-nya di dalam pesawat, dia merogoh tasnya untuk mengambil kacamata, dan…

Dia sontak terkejut, sebungkus kuenya masih ada di dalam tas, tak tersentuh, tak terbuka!

Dia merasa sangat malu!! Dia sadar telah keliru… Dia lupa kalau kuenya masih tersimpan di dalam tas.

Laki-laki tadi telah berbagi kue dengannya, tanpa merasa marah atau sengit. Sementara dirinya sangat marah, berpikir bahwa ia telah berbagi kue dengan laki-laki itu.

Dan kini tak ada lagi kesempatan untuk menjelaskan kelalaiannya…, juga untuk sekedar meminta maaf

Di antara moril yang bisa dipetik dari cerita ini,

Pertama, ada 4 hal yang tidak dapat kembali…

Kata…setelah ia diucapkan

Percaya…setelah ia diingkari

Kesempatan…setelah ia hilang

Waktu…setelah ia berlalu

Kedua, ketulusan tak pernah menagih imbalan atau terima kasih

Ketiga, segala tanya selayaknya disampaikan kepada yang bersangkutan, sebab kesalahpahaman seringkali justru merugikan diri sendiri, bukan orang yang digunjing dalam hati.

Cerita ini adalah hadiah dari seorang sahabat saya, Lita Aprilia (dengan beberapa perubahan ringan). Kuhadiahkan kembali cerita ini buat owner-nya alya khairunnisa, yang ultah dipenghujung Desember... Moga Sukses selalu, makin sholeh dan bijaksana...

Kamis, 25 Desember 2008

Doaku Terjawab Sudah...

Sebuah kisah tentang pendoa yang berdoa

Ketika kumohon kepada Allah kekuatan,
Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat.
Ketika kumohon kepada Allah kebijaksanaan,
Allah memberiku masalah untuk dipecahkan.
Ketika kumohon kepada Allah kesejahteraan,
Allah memberiku akal untuk berpikir.
Ketika kumohon kepada Allah keberanian,
Allah memberiku kondisi bahaya untuk kuatasi.
Ketika kumohon kepada Allah sebuah cinta,
Allah memberiku orang-orang bermasalah untuk kutolong.
Ketika kumohon kepada Allah bantuan,
Allah memberiku kesempitan.
Aku tidak pernah menerima apa yang kupinta,
Tapi aku menerima segala yang kubutuhkan
Doaku terjawab sudah...

(Dikutip dari buku 'Never Give Up, Keep Fight!' Multitama Communication)

Salam hangat buat adik-adikku di Asrama Muslimah...
Jika engkau menanam kepercayaan atas jiwa manusia,
Maka bersiaplah untuk menuai kecewa.
Jika engkau meletak benih percaya pada Sang Maha,
Maka selamaya hidupmu akan bahagia.
Dan tahukah kamu dinda, butuh waktu bertahun-tahun untuk menguntai kalimat-kalimat itu di atas jiwa yang sungguh-sungguh dalam memahaminya, bukan sekedar pemanis lisan ataupun penawar gundah... Suatu saat nanti kalian akan mengerti, seiring mengeringnya tetesan air mata kalian di ujung jilbabku...

Buat saudaraku yang stag di 25 Desember 2007,
Cukuplah Allah yang menjadi penolong bagiku...